Saturday, March 20, 2010

Tips Untuk Skripsi

>>>Skripsi adalah karya/karangan ilmiah hasil penelitian mahasiswa dan merupakan bagian dari persyaratan pendidikan akademis strata satu (S1), skripsi pula yang membedakan jenjang pendidikan S1 dan diploma (D3). Skripsi juga berbeda dengan thesis (S1) dan disertasi (S3). Dalam disertasi mahasiswa menjelaskan dan menemukan teori baru, dalam thesis mahasiswa mengarbitrase (menilai) teori yang telah ada dengan menggunakan teori-teori sebelumnya atau juga menemukan teori baru sedangkan untuk skripsi mahasiswa hanya diharuskan melaksanakan prosesi penelitian (research learning) secara benar sesuai dengan kaidah yang berlaku tanpa ada keharusan menemukan dan mengoreksi teori yang telah ada, bahkan replikasi penelitian itu sudah cukup. Jadi pada hakekatnya, skripsi bukanlah sebuah prasyarat yang memiliki beban diluar dari kemampuan rata-rata mahasiswa strata satu ada sederhananya, yang penting mahasiswa bersangkutan mengikuti dan melaksanakan tahapan-tahapan teknis penelitian yang ada.

Dalam realitas sosial kampus, skripsi terkadang menjadi momok menakutkan bagi sebagian mahasiswa. Hal ini disebabkan selain karena skripsi adalah aktifitas akademis yang hanya sekali selama jenjang pendidikan S1, juga karena beberapa hambatan oleh sandungan beberapa pertimbangan seperti indeks kumulatif nilai rata-rata B atau A (tidak boleh E, D dan C) dan jumlah IPK yang minimal 2,75 untuk mendapatkan kemudahan secara administratif dalam melamar pekerjaan atau melanjutkan studi strata dua (S2). Walaupun inisiatif kampus berbeda-beda mengenai aturan dan persyaratan dalam menyusun skripsi, namun tetap ada hal yang dapat digeneralkan baik di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS) seperti jumlah Satuan Kredit Matakuliah (SKS).

Skripsi ada bijaknya dipelajari dan dipersiapkan lebih dini. Hal ini akan mempermudah mahasiswa dalam menyusun skripsi nantinya, baik ketika skripsi ditulis hingga skripsi dievaluasi dan disetujui oleh dosen pembimbing. Setelah itu, skripsi harus dipertahankan dihadapan penguji dalam ujian skripsi yang hasilnya nanti berupa nilai yang bervariasi baik tinggi, rendah atau bahkan tidak lulus.

Pada umumnya penelitian terbagi dalam dua pendekatan yaitu: pendekatan saintifik dan pendekatan naturalis. Pendekatan saintifik (scientific approach) cenderung memiliki struktur teori yang jelas, ada pengujian kuantitatif (statistik), dan juga menolak grounded theory. Sebaliknya, pendekatan naturalis (naturalist approach) cenderung tidak menggunakan struktur karena bertujuan untuk menemukan teori, hipotesis dijelaskan hanya secara implisit, lebih banyak menggunakan metode eksploratori, dan sejalan dengan grounded theory. Pendekatan satu dengan pendekatan lain bersifat saling melengkapi satu sama lain (komplementer), dalam artian masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan sehingga pilihan (choice) pendekatan dalam sebuah penelitian S1 bukanlah prioritas utama.

Langkah Awal

Niat sebagai representase motivasi yang kuat adalah utama dalam menyusun skripsi. Susun rencana dan jadwal aktifitas (time schedule) yang melandasi penelitian seperti konsultasi/bimbingan, pencarian referensi, penentuan topik, judul penelitian, dan sebagainya. Sumber referensi selain dari buku yang notabene cukup komersil, jaringan internet adalah pilihan strategis, cepat, faktual (up to date) dan ekonomis. Pencarian referensi dalam jaringan internet bisa dilakukan lewat Google Scholar, Yahoo atau melalui provider-provider komersial seperti ProQuest atau EBSCO. Selama melakukan aktifitas tersebut, konsultasi dengan dosen pembimbing harus lebih intens untuk meminimalisir potensi kesalahan yang bisa terjadi.

Beberapa fakta yang terkadang terjadi dan sulit untuk dihindari oleh mahasiswa adalah ketidakpastian (inkonsistensi) penelitian, maksudnya adalah terkadang dosen pembimbing inkonsisten terhadap hasil-hasil kesepakatan yang telah ia kemukakan. Sikapi secara bijak dan jangan bertindak ceroboh terhadap pembimbingan. Selain itu, menjadi pilihan yang bijak jika tidak menggunakan jasa “pihak ketiga” dalam pembuatan skripsi atau dalam mengolah data. Kemukakan secara jujur kepada pembimbing tentang situasi dan kondisi yang dialami.

Untuk sumber dana penelitian yang notabene cukup besar, usahakan penelitian mendapat bantuan dana. Jika beruntung, dosen terkadang menawarkan judul dan topik penelitian yang merupakan bagian dari proyeknya, hal ini sangatlah menguntungkan karena selain mendapat dukungan dana juga jaminan yang lebih besar terhadap kelancaran penelitian karena secara langsung, dosen yang bertanggungjawab terhadap dana proyek tersebut memiliki kepentingan yang besar terhadap penelitian.

Untuk proposal penelitian, penulisannya tidak mesti baku dalam artian bisa ditulis secara garis besar (pointer) untuk kemudian direvisi jika perlu. Proposal tersebut menjadi acuan atau guidance selama penulisan skripsi agar tidak melenceng dari topik penelitian. Proposal juga digunakan untuk mengajukan topik/judul kepada dosen pembimbing. Proposal yang bagus adalah indikator keseriusan mahasiswa untuk menyelesaikan skripsi dengan baik.

Pembimbing Penelitian

Dosen pembimbing (academic advisor) menentukan nasib penelitian, sehingga penting bagi mahasiswa untuk menjaga relasi dan senantiasa menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan relasi tersebut. Tiap PTN atau PTS maupun universitas atau fakultas mempunyai kebijakan tersendiri perihal dosen pembimbing. Jika mahasiswa memiliki kewenangan untuk memilih dosen pembimbing, perlu memperhatikan kategori dosen pembimbing diantaranya dosen senior –umumnya berusia di atas 40-an tahun, bergelar doktor atau professor dengan jam terbang yang tinggi– dan dosen junior –umumnya berusia di bawah 40 tahun, bergelar master, dan mudah dijumpai di lingkungan kampus–. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kekurangan dosen pembimbing senior yaitu:
1. Proses bimbingan terkadang kaku, karena umumnya dosen senior sangat perfeksionis.
2. Mahasiswa terkadang kesulitan untuk bertatap muka atau konsultasi karena jam terbang yang tinggi dan jadwal yang sangat padat.

Keuntungannya yaitu:
1. Kualitas skripsi akan lebih baik dan berkualitas.
2. Kemudahan dalam ujian skripsi (pendadaran): dosen penguji yang junior/baru bergelar master akan merasa sungkan untuk membantai mahasiswa.

Disisi lain, memilih dosen pembimbing junior akan mempermudah proses bimbingan mahasiswa karena mudah dijumpai di lingkungan kampus oleh jam terbang yang rendah. Dosen muda umumnya lebih cair kepada mahasiswanya. Kerugiannya pada saat ujian skripsi, dosen senior tidak akan merasa sungkan untuk membantai bahkan dosen pembimbing junior tidak berada dalam posisi yang bisa membantu dan membela mahasiswa bimbingannya. Jadi, perlu pertimbangan yang matang dalam memilih dosen pembimbing dan semua tergantung dari kemampuan (capability) mahasiswa bersangkutan dalam dua pilihan tersebut.

Setiap PTN atau PTS maupun fakultas atau universitas menerbitkan acuan/pedoman penulisan hasil penelitian yang baku. Mulai dari penyusunan konten, tebal halaman, jenis kertas dan sampul, hingga ukuran/jenis huruf dan spasi yang digunakan. Akan tetapi, secara umum format hasil penelitian dibagi ke dalam beberapa bagian sebagai berikut:

1. Pendahuluan: menjelaskan isu penelitian, latar belakang, tujuan yang diharapkan, dan kontribusi dari penelitian.

2. Pengkajian Teori & Pengembangan Hipotesis: bagian ini harus punya keterkaitan dengan bagian sebelumnya. Mengingat banyak juga mahasiswa yang “gagal” menyusun alignment ini akibatnya skripsinya terkesan kurang “make sense” dan inkontestan.

3. Metodologi Penelitian: berisi penjelasan tentang data, permodelan empiris, tipe dan rancangan sampel, seleksi data, karakter data, model penelitian yang diacu, dan sebagainya.

4. Hasil Penelitian: memaparkan hasil pengujian hipotesis, meliputi hasil pengolahan secara statistik, pengujian validitas dan reliabilitas, dan diterima/tidaknya (h0 – h1) hipotesis yang diajukan.

5. Penutup: berisi ringkasan, simpulan, diskusi, keterbatasan, dan saran.

Hasil penelitian harus disarikan, dievaluasi dan disimpulkan capaian yang dapat diperoleh. Lakukan proof-readinguntuk memastikan tidak ada kesalahan tulis (typo) maupun ketidaksesuaian tata letak penulisan skripsi. Selain itu, peer-review dilakukan untuk mendapatkan second opinion dari pihak lain yang kompeten melalui dosen (meski bukan dosen pembimbing), kakak kelas/senior, teman-teman yang kompeten, atau keluarga/orang tua bagi mahasiswa yang latar belakang pendidikannya serupa.

Beberapa Kelalaian

1. Kekaburan Issue. Issue dan motivasi penelitian adalah titik awal penelitian, harus jelas, singkat, padat, dan mudah dimengerti. Issue harus menjelaskan tentang permasalahan, peluang, dan fenomena yang diuji. Faktanya, banyak mahasiswa yang menuliskan latar belakang hingga berlembar-lembar, tetapi sama sekali sulit untuk dipahami.

2. Tujuan Riset & Tujuan Periset. Tidak jarang mahasiswa menulis “sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan” sebagai tujuan risetnya. Hal ini adalah kesalahan fatal. Tujuan riset adalah menguji, mengobservasi, atau meneliti fenomena dan permasalahan yang terjadi, bukan untuk mendapatkan gelar S1.




3. Salah kaprah. Banyak mahasiswa yang mengira bahwa bagian terpenting dari sebuah skripsi adalah pengujian hipotesis, trend ini didasari oleh sindrom ketakutan mahasiswa terhadap penolakan atau kesalahan hipotesis yang diajukan. Padahal, bagian terpenting skripsi adalah Bab I mencakup logika, issue, motivasi, tujuan, dan kontribusi riset yang bisa dijelaskan secara runtut, jika hal ini diperhatikan maka bab-bab berikutnya akan terkait atau mengikut dengan sendirinya.

4. Padding. Terlalu banyak sumber acuan dalam daftar pustaka, walaupun sebenarnya mahasiswa yang bersangkutan hanya menggunakan satu-dua sumber saja. Sebaliknya, banyak mahasiswa yang menggunakan beragam acuan tetapi ketika ditelusuri ternyata tidak ditemukan dalam daftar acuan.

5. Joint Hypotheses. Menurut pendekatan saintifik, pengujian hipotesis adalah kombinasi antara fenomena yang diuji dan metode yang digunakan. Fenomena yang diuji harus menarik dan memungkinkan untuk diuji. Begitu pun dengan metode yang digunakan, harus valid dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

6. Kemalasan. Keterbatasan riset dan kemalasan riset bedanya amatlah tipis bagi mahasiswa bersangkutan jika ia malas. Keterbatasan adalah situasi dan kondisi yang tidak diinginkan, tak dapat dihindari dan ditanggulangi. Sedangkan faktor kemalasan, umumnya mengacu pada keterbatasan dana dan sempitnya waktu sebagai alasan.

7. Kontribusi Riset. Ditujukan untuk menarik sponsor atau pembiayaan dari pihak sponsor. Kontribusi riset dijelaskan dengan lugas dan gamblang, pihak mana saja yang akan mendapat manfaat dari penelitian, korelasi penelitian, dan seterusnya. Kegagalan dalam menjelaskan kontribusi riset akan berujung pada kegagalan mendapatkan dana sponsor.

8. Menghadapi Ujian Skripsi. Kelatahan mahasiswa (bahasa kaku, grogi, keringatan hingga menangis, bahkan pingsan) menghadapi ujian skripsi disebabkan oleh kurangnya dukungan kecerdasan emosional dan nalar verbal yang berdampak pada “oral examination”. Celakanya, mahasiswa yang berprestasi pun banyak yang gagal dalam menghadapi ujian pendadaran.

Teknis Ujian

Dalam teknis ujian skripsi, dewan penguji terdiri dari satu ketua penguji dan beberapa anggota penguji. Tiap penguji secara bergantian (terkadang juga keroyokan) akan menilai dan mengevaluasi skripsi yang disusun. Waktu yang diberikan umumnya berkisar antara 30 menit hingga 1 jam. Ujian skripsi juga terkadang dibarengi dengan ujian komprehensif yang menguji sejauh mana pemahaman dan penguasaan mahasiswa periset terhadap bidang yang selama ini digeluti. Mata kuliah inti (core courses) dan pertanyaan yang spesifik secara konseptual maupun teknis akan menjadi topik ujian ini. Ujian skripsi adalah “konfirmasi” atas apa yang sudah periset lakukan.

Menghadapi ujian skripsi, periset harus memahami dan menguasai alur tahapan penelitian agar presentasi makalah dapat terkendali. Makalah tidak mesti dipaparkan secara utuh dan lengkap, upayakan ada pengendalian forum berupa “jebakan bagi dewan penguji” dalam artian lewat pemaparan periset akan mengkondisikan penguji bertanya pada titik atau topik tertentu yang terkuasai.

Pasca Ujian Skripsi

Pasca ujian, skripsi dijilid/fotokopi, urus administrasi, dan daftar wisuda serta acara syukuran. Setelah dinyatakan lulus ujian skripsi, periset sudah berhak menyandang gelar sarjana (S1) namun penting memodifikasi dan memperbaiki skripsi untuk kemudian dikirim ke media/jurnal publikasi. Usahakan hasil-hasil penelitian dapat berlanjut dan dikembangkan hingga ke jenjang S2 atau S3. Dengan demikian, kelak akan semakin banyak penelitian dan publikasi yang bisa memberi manfaat bagi bangsa ini dan secara sistemik dan bertahap akan mendorong pembangunan berbasis pengetahuan.

(Sumber: dari berbagai sumber)